CERITA PENDEK – Untukmu yang Tak Sempat Kulumukuk ilustras i foto p ixa bay.com Malam itu, kota terasa seperti menahan napasnya sendiri. Jalanan yang biasanya riuh mendadak lengang, dan angin membawa aroma tanah basah yang membuatku ingin kembali pada kenangan—kenangan tentang aku, kau, dan dia. Namaku Raka , dan kau… kau adalah satu-satunya nama yang selalu menggema di batinku sejak hari pertama kita bertemu. Tapi takdir, seperti biasa, selalu memiliki cara mengiris paling halus pada sesuatu yang paling kita cintai. Aku masih ingat pertama kali bertemu denganmu di bawah lampu jalan yang temaram. Kau berdiri sambil menatap layar ponsel, seolah dunia sedang mengejarmu. Saat aku mendekat, kau menoleh dan tersenyum—senyum tipis yang membuat jantungku berdetak seperti hujan pertama yang menghantam jendela. “ Kau terlihat bingung… ada yang kaucari? ” tanyaku waktu itu. Kau tertawa kecil sambil menahan rambutmu yang hampir diterbangkan angin. “ Aku kehilangan arah, mungkin j...
Puisi:Aku Menunggu di Senja, Tapi Kau Pulang Bersama Namanya Senja kembali meneteskan jingga di langit, dan aku masih duduk di bangku yang sama, menunggu bayanganmu yang pernah berjanji akan kembali membawa cinta. Aku menatap lurus pada jalan yang lengang, membayangkan langkahmu menghampiriku. Tapi yang datang hanyalah kabar pahit: kau pulang, bukan padaku, melainkan pada namanya yang kau sebut di bibir. Hatiku retak, tapi tetap berharap, seolah menunggu hujan yang tak pernah tiba. Setiap warna senja kini terasa asing, karena di dalamnya aku hanya menemukan kehilangan. Aku menunggumu dengan seluruh rindu, namun rinduku tak kau bawa pulang. Kau pilih senja lain, kau pilih nama lain, dan aku tertinggal sebagai bayangan yang perlahan hilang ditelan malam.