Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerpenkuliner

Cerita Pendek:“Cinta di Punggung Penanggungan”

  Cerita Pendek:“Cinta di Punggung Penanggungan” ilustrasi foto by https://travelspromo.com/htm-wisata/gunung-penanggungan-mojokerto/ Angin pagi berhembus lembut ketikaA langkahku menginjak tanah Gunung Penanggungan. Kabut tipis melayang di antara pepohonan, dan suara burung liar terasa seperti musik pengiring perjalanan kita. Aku menoleh ke arahmu—kau yang ber?Adiri dengan ransel di punggung, napas teratur, dan senyum kecil yang selalu menenangkan. “Siap?” tanyaku pelan. Kau mengangguk, menatap jalur pendakian yang menanjak. “Selama ada kamu, aku siap menghadapi apa pun.” Kalimat itu mungkin sederhana, tapi bagiku seperti doa yang meneduhkan. Kami mulai mendaki. Setiap langkah membawa kenangan, setiap hembusan napas terasa seperti mendekatkan kami, bukan hanya ke puncak, tapi juga ke hati masing-masing. “Aku selalu suka aroma tanah basah seperti ini,” katamu. “Kenapa?” “Karena… mengingatkanku bahwa setiap perjalanan dimulai dari pijakan. Dan aku ingin perjalanan cintaku ju...

Cerita Pendek: Juli yang Tak Pernah Menepati Janji

Ilustrasi fotoCerita pendek_ https://id.pngtree.com/freebackground/silhouette-of-a-woman-on-the-beach-in-the-morning_1704461.html Namaku Arsha. Aku bukan siapa-siapa kecuali seseorang yang masih saja duduk di ujung senja, menanti sesuatu yang entah akan datang atau tidak. Barangkali aku gila, atau mungkin terlalu setia pada sesuatu yang bahkan tak pernah benar-benar jadi milikku: kamu. Dan ini adalah Juli, bulan kesekian yang selalu membuat dadaku bergetar hanya karena satu nama—namamu. Aku masih ingat pertemuan kita pertama kali. Di sudut taman kota, saat angin sore menyapu rambutku yang lepas dari ikatan. Kamu menyapaku, seolah kita sudah kenal sejak lama. Aku tersenyum kikuk, tapi diam-diam hatiku bergemuruh. Sejak saat itu, entah mengapa, kamu seperti musim yang tak bisa kutebak, tapi selalu kutunggu. "Kamu suka Juli?" tanyamu waktu itu. Aku mengangguk. "Karena Juli hangat. Tapi tak sepanas Agustus yang seringkali terlalu terburu-buru." Kamu tertawa. Suara...

Cerita Pendek:Cinta Diam Siti Puji Astutik: Gadis Senja yang Menyulam Rindu

Cerita Pendek:Cinta Diam Siti Puji Astutik: Gadis Senja yang Menyulam Rindu Senja selalu menjadi waktu yang ia tunggu. Siti Puji Astutik, gadis desa yang lebih akrab dipanggil Puji, selalu duduk di bangku kayu tua di tepi sawah. Dari sanalah ia menatap matahari perlahan tenggelam, bersama rindu yang tak pernah sempat ia ucapkan. Rindu yang diam-diam tumbuh, seperti padi yang ia tanam bersama ibunya—sunyi, tapi nyata. Namanya Fajar, pria yang bekerja sebagai guru honorer di sekolah tempat adik Puji belajar. Sejak pertama melihatnya mengajar dengan sabar, Puji tahu hatinya jatuh, tapi tak pernah berani mendekat. Ia hanya bisa mencintai dalam diam, dan membungkus rindunya dalam puisi-puisi yang ia tulis di balik kertas bekas belanja.   “Jika cinta adalah rahasia,   Biarlah kusimpan dalam doa, Dalam sepi aku menjaga, Namamu selalu di dada.”   Hari itu, langit senja lebih redup dari biasanya. Puji menatap semburat jingga yang hampir mati. Tapi matanya justru menangkap soso...

Cerita Pendek:Uang Panas di Bawah Gerobak Soto

  Ilustrasi fotoCerita Pendek:Uang Panas di Bawah Gerobak Soto Namaku Darto. Di kampung ini, aku dikenal sebagai tukang soto langganan warga. Setiap pagi, aku dorong gerobakku ke pertigaan dekat masjid. Siang sedikit, sotonya habis. Tapi dulu tak selalu begini. Dulu, aku cuma jualan satu-dua mangkok, itu pun sering tak laku. Sampai malam itu. Hujan deras membasahi jalanan ketika aku pulang dengan sisa kuah basi dan hati murung. Di tikungan jalan, seorang lelaki tua dengan jubah hitam duduk di bawah lampu jalan. Wajahnya keriput, tapi matanya... tajam seperti binatang malam. “Darto,” katanya, memanggil namaku. Aku tertegun. “Bapak siapa?” tanyaku waspada. “Aku hanya penolong. Kau ingin daganganmu laris, bukan?” Aku tertawa pahit. “Kalau bisa, saya mau sotonya habis tiap hari. Tapi siapa yang bisa jamin begitu?” Dia mengeluarkan sebuah botol kaca kecil dari balik jubahnya. Di dalamnya, ada bayangan kecil yang bergerak cepat seperti kabut. “Ambil ini. Buka tutupnya saat tengah...

Cerita Pendek:Jarak yang Memisahkan

Ilusi foto Cerita Pendek:Jarak yang Memisahkan steet by https://pixabay.com/id/photos/silakan-melakukan-bukan-unduh-ini-2697945/   Aku selalu percaya bahwa jarak tak akan menjadi penghalang bagi cinta. Aku selalu berpikir bahwa dengan komunikasi yang baik, kesetiaan, dan komitmen, jarak hanya akan menjadi ujian kecil. Tapi ternyata, aku salah. Namaku adalah Andra. Aku dan Laila, kekasihku, telah bersama selama tiga tahun. Kami memulai hubungan ini dengan sangat indah, seperti pasangan lain pada umumnya. Setiap akhir pekan kami bertemu, menghabiskan waktu bersama, bercanda, dan membuat rencana masa depan. Namun, segalanya berubah ketika Laila mendapatkan pekerjaan di luar kota. Dia diterima di sebuah perusahaan besar yang memintanya untuk pindah ke kota lain yang berjarak ratusan kilometer dari tempatku berada. "Kita bisa melakukannya, Ra. Aku yakin kita bisa bertahan meski berjauhan," ucap Laila di hari terakhir kami bertemu sebelum kepergiannya. Dia tampak yakin dan penu...

Cerita Pendek: Perdebatan sang koki terhadap Kecap: Sedap vs. Bango

Ilusi foto Cerita Pendek: Perdebatan sang koki terhadap Kecap: Sedap vs. Bango https://pixabay.com/id/photos/ayam-goreng-daging-kambing-goreng-721996 9/ Di sebuah dapur rumah makan sederhana di pinggiran kota, dua orang juru masak sedang sibuk menyiapkan hidangan untuk para pelanggan. Pak Darto, koki senior yang telah bekerja selama lebih dari dua puluh tahun, berdiri di dekat kompor dengan cekatan mengaduk-aduk wajan. Di sudut lain, Budi, juru masak muda yang baru direkrut, sedang memotong sayuran dengan teliti. Namun, aroma yang biasanya menenangkan di dapur itu mulai berubah ketika topik yang dianggap remeh tiba-tiba memicu perdebatan sengit: kecap. Pak Darto, dengan wajah penuh keyakinan, memandang ke arah Budi yang sedang bersiap menambahkan kecap ke dalam adonan semur. Namun, mata Pak Darto menyipit ketika melihat botol yang dipegang Budi. "Eh, itu kecap apa yang kamu pakai, Bud?" tanya Pak Darto sambil meletakkan spatula dan melipat tangan di depan dada. Budi tersenyum...