Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label puisikenangan

Cerita Pendek:“Cinta di Punggung Penanggungan”

  Cerita Pendek:“Cinta di Punggung Penanggungan” ilustrasi foto by https://travelspromo.com/htm-wisata/gunung-penanggungan-mojokerto/ Angin pagi berhembus lembut ketikaA langkahku menginjak tanah Gunung Penanggungan. Kabut tipis melayang di antara pepohonan, dan suara burung liar terasa seperti musik pengiring perjalanan kita. Aku menoleh ke arahmu—kau yang ber?Adiri dengan ransel di punggung, napas teratur, dan senyum kecil yang selalu menenangkan. “Siap?” tanyaku pelan. Kau mengangguk, menatap jalur pendakian yang menanjak. “Selama ada kamu, aku siap menghadapi apa pun.” Kalimat itu mungkin sederhana, tapi bagiku seperti doa yang meneduhkan. Kami mulai mendaki. Setiap langkah membawa kenangan, setiap hembusan napas terasa seperti mendekatkan kami, bukan hanya ke puncak, tapi juga ke hati masing-masing. “Aku selalu suka aroma tanah basah seperti ini,” katamu. “Kenapa?” “Karena… mengingatkanku bahwa setiap perjalanan dimulai dari pijakan. Dan aku ingin perjalanan cintaku ju...

Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi

Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi_ ilustrsi foto by  Triptrus.com Catatan Kritis Tentang Keindahan yang Terluka Gunung Rinjani bukan sekadar gunung bagi masyarakat Lombok—ia adalah napas, marwah, dan cermin kehidupan. Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, Rinjani berdiri gagah sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia. Ia bukan hanya tujuan pendakian, tetapi juga destinasi rohani, tempat suci bagi umat Hindu, dan bentang alami yang membawa siapapun yang melihatnya pada perenungan yang dalam. Namun, di balik keelokan panorama sabana, danau Segara Anak yang biru kehijauan, serta cahaya mentari yang menyentuh lembut punggung gunung, ada luka-luka yang tak terlihat. Luka karena keserakahan manusia, luka karena keindahan yang terlalu sering dimanfaatkan tanpa tanggung jawab. "Kau bukan sekadar tanah tinggi, Rinjani. Kau adalah puisi yang mengalir di dahi pagi. Namun kini, langitmu mengabur oleh jejak-jejak tamak, dan bisik anginmu tercekik aroma pla...

Nona Manis Berambut Merah Muda

Nona manis berambut merah muda, warna rambutmu seperti fajar pertama— menyala lembut, menghapus gelap di dada. Kau berjalan di antara bayang-bayang keraguan, namun keyakinanmu selalu lebih terang dari cahaya pagi. Wajahmu elok seperti lukisan yang belum selesai, karena setiap hari kau terus melukis dirimu sendiri, dengan warna-warna impian, dan garis-garis penuh keberanian. Kecantikanmu bukan hanya soal rupa, tapi tentang bagaimana kau menantang dunia tanpa kehilangan senyum. Ada kekuatan dalam cara kau tertawa, seolah hidup tak pernah bisa menundukkanmu. Kau bangkit setiap kali jatuh, seperti bunga sakura yang tak pernah takut musim. Kau percaya bahwa luka hanyalah jeda, dan kegagalan adalah anak tangga menuju keberhasilan yang lebih tinggi. Berambut merah muda, kau hadir bak musim semi dalam hidupku— menghidupkan, menyegarkan, dan membuatku percaya bahwa cinta tak pernah mati. Kau punya sejuta motivasi di balik matamu, dan aku jatuh cinta, bukan hanya pada cantikmu yang memesona...

Puisi Romantis:Untukmu yang Lahir pada 21 Mei

  Ilustrasi Foto Puisi Romantis:Untukmu yang Lahir pada 21 Mei Pada tanggal dua puluh satu bulan kelima, Langit seolah tahu, bahwa bumi akan kedatangan cahaya. Bukan dari bintang, bukan pula dari matahari, Tapi dari seorang wanita— Yang lahir dengan rahim kekuatan,  dan hati seluas samudra yang tak pernah surut memberi. Hari ini, aku tidak hanya mengucap “selamat ulang tahun” Tapi aku ingin menyampaikan lebih dari sekadar ucapan, Karena kamu bukan sekadar wanita, bukan sekadar nama, Kamu adalah rumah, tempat aku pulang dari segala lelah dan luka. Selamat ulang tahun, wanita tangguh yang kusebut cahaya, Yang mampu berdiri ketika dunia pun rasanya tak berpihak. Yang tak menangis di hadapan dunia,  tapi diam-diam menghapus air mata Lalu melanjutkan hidup dengan senyum yang membuatku  ingin percaya lagi pada segalanya. Kau hebat, sayang. Lebih dari yang mungkin sempat kuucap dalam keseharian. Kau kuat, bahkan ketika aku yang seharusnya jadi tempatmu bersandar Ma...

Puisi Romantis:Kau Dilahirkan untuk Kucintai

Puisi Romantis:Kau Dilahirkan untuk Kucintai photo by https://www.google.com/search?q=wanita+berhijab+cantik+hitam Pada bulan Mei, ketika hujan menggoda daun muda dan matahari mencumbu pagi, kau lahir—diam-diam alam bersorak, seolah semesta tahu, ada jiwa lembut yang akan tumbuh jadi puisi. Aku tak tahu persis bagaimana dunia sebelum kau hadir, tapi sejak mengenalmu, waktu serasa bersyair, dan hariku menari dalam wangi namamu. Hari ini ulang tahunmu, dan aku ingin mengucapkannya bukan sekadar lewat kata— tapi lewat getar jantung yang tak pernah berdusta sejak pertama kau hadir dalam hidupku bagai musim semi dalam dada yang lama beku. Selamat ulang tahun, kekasihku, dengan setiap hela napas yang kusematkan dalam doa, aku merayakanmu— bukan hanya karena usiamu bertambah, tapi karena dunia kembali disirami cahaya lembut matamu. Kau adalah alasan kenapa aku menunggu bulan Mei bukan karena bunga mekar, tapi karena kau— bunga itu sendiri, yang mekar dalam setiap kalimat rindu yang t...

Puisi Romntis:Dalam Senyap Penantian

  ilustrasi Foto Puisi Romntis:Dalam Senyap Penantian  https://pixabay.com/id/photos/gadis-kesepian-matahari-terbenam-5560212/ Di bawah langit senja yang perlahan redup, kutemukan lagi warna jingga yang menelusup di sela-sela daun gugur dan angin yang letih. Setiap lembarnya seakan menyebut namamu— kamu , yang entah di mana, entah dengan siapa kini berdiri. Aku duduk di antara bayang dan harap, menghitung waktu dengan denyut rindu yang tak henti. Kupikir waktu akan membuatku lupa, tapi nyatanya setiap detik justru menoreh lebih dalam. Cintamu belum datang, namun rinduku tak pernah absen. Penantian ini bukan sekadar waktu yang berlalu, tapi jiwa yang bertahan di dalam kesunyian, menyimpan sejuta harap pada yang mungkin tak pernah datang. Namun tetap saja kutunggu, seperti laut menanti hujan, seperti malam merindukan pendar bulan. Kamu —satu kata yang terus terpatri dalam doaku, meski langit berganti warna, dan dunia terus berlari. Dalam setiap langkah, bayangmu menj...

Puisi:Kenangan di Tepi Meja

Ilustrasi foto puisi kenangan di tepi meja Di sudut meja, aroma manis melingkari, Bango kecap manis menemani memori, Di setiap tetes, ada cinta yang menari, Mengingatkan kita pada cerita sejati. Malam itu, rembulan menjadi saksi, Tatapanmu hangat, membalut sunyi, Kecap manis melumuri daging hati, Seakan berkata, "Inilah kita, takkan terganti." Kamu selalu tahu, rahasia rasa, Manisnya cinta, bumbu setiap masa, Bango hadir, bagai janji tak sirna, Mengikat kenangan yang tak mudah lupa. Tanganmu mengaduk, aku memandang, Ada keajaiban dalam setiap tangkap pandang, Romantisnya bukan hanya karena rempah melayang, Tapi karena cinta, dalam hati yang kau pegang. Kini, meja itu sepi, namun tetap hidup, Aroma manisnya bertahan, menjadi penghibur, Walau tak lagi ada kita berbincang di bawah lampu, Bango kecap manis jadi kenangan yang selalu rindu. Di setiap rasa, ada kisah kita terselip, Cinta yang manis, tak pernah tergelincir, Bango mengingatkan, cinta tak pernah usang, Dalam kenangan, ...

Puisi:Dalam Hujan Aku Mengenangmu

  Ilustrasi gambar Puisi:Dalam Hujan Aku Mengenangmu (pixabay.com) Di balik tirai hujan yang menderu   ada kisah yang tak pernah berlalu.   Rintik-rintik itu mengetuk hati,   mengingatkanku pada sepi yang tak henti.   Kau hadir dalam tiap tetes yang jatuh,   seperti embun di pagi yang penuh jenuh.   Kala hujan turun, aku kembali merindu,   pada hadirmu yang kini entah di mana berlalu.   Hujan adalah pertemuan kita yang abadi,   suara gemericiknya seperti suara hati,   yang pelan-pelan mengalirkan luka,   namun juga menyembuhkan rindu yang ada.   Setiap deras, setiap titik,   membawaku jauh ke masa lalu yang klasik,   saat kita duduk di bawah langit kelabu,   berbagi tawa, cerita, dan rindu.   Kini hujan datang tanpa tawamu,   namun kenangan itu masih kerap menghibur pilu.   Kau yang pernah memeluk dalam k...