Postingan

Menampilkan postingan dengan label sastra

Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi

Gambar
Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi_ ilustrsi foto by  Triptrus.com Catatan Kritis Tentang Keindahan yang Terluka Gunung Rinjani bukan sekadar gunung bagi masyarakat Lombok—ia adalah napas, marwah, dan cermin kehidupan. Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, Rinjani berdiri gagah sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia. Ia bukan hanya tujuan pendakian, tetapi juga destinasi rohani, tempat suci bagi umat Hindu, dan bentang alami yang membawa siapapun yang melihatnya pada perenungan yang dalam. Namun, di balik keelokan panorama sabana, danau Segara Anak yang biru kehijauan, serta cahaya mentari yang menyentuh lembut punggung gunung, ada luka-luka yang tak terlihat. Luka karena keserakahan manusia, luka karena keindahan yang terlalu sering dimanfaatkan tanpa tanggung jawab. "Kau bukan sekadar tanah tinggi, Rinjani. Kau adalah puisi yang mengalir di dahi pagi. Namun kini, langitmu mengabur oleh jejak-jejak tamak, dan bisik anginmu tercekik aroma pla...

Puisi Romntis:Minggu Cerah di Sudut Kafe Kota

Gambar
ilistrasi Foto_Puisi Romntis:Minggu Cerah di Sudut Kafe Kota Minggu pagi menyapa dengan senyum mentari, angin berbisik lembut, membawa aroma kopi dan mimpi. Di sudut kafe kota yang sederhana namun berseri, aku duduk bersamamu—gadis muda berparas rupawan, seperti bunga yang mekar di tengah keramaian. Matamu seperti langit biru tanpa awan, penuh ketenangan dan rahasia  yang ingin kupecahkan perlahan. Kita tertawa pada cerita-cerita kecil, mengenang masa yang baru  tumbuh dari benih harapan. Langit bersaksi, waktu seolah berhenti, saat tanganmu menyentuh cangkir, dan senyum itu mencuri denyut di dada ini. Kopi menjadi lebih manis, bukan karena gula, tapi karena hadirmu—yang menyulap  dunia menjadi lebih hangat. Kau bicara tentang mimpi, aku mendengarkan dengan mata, dan di balik tawa, terselip doa semesta: semoga minggu cerah ini tak hanya singgah, tapi menetap selamanya— di hati kita yang saling belajar mencinta.

Puisi Romantis:Kau Dilahirkan untuk Kucintai

Gambar
Puisi Romantis:Kau Dilahirkan untuk Kucintai photo by https://www.google.com/search?q=wanita+berhijab+cantik+hitam Pada bulan Mei, ketika hujan menggoda daun muda dan matahari mencumbu pagi, kau lahir—diam-diam alam bersorak, seolah semesta tahu, ada jiwa lembut yang akan tumbuh jadi puisi. Aku tak tahu persis bagaimana dunia sebelum kau hadir, tapi sejak mengenalmu, waktu serasa bersyair, dan hariku menari dalam wangi namamu. Hari ini ulang tahunmu, dan aku ingin mengucapkannya bukan sekadar lewat kata— tapi lewat getar jantung yang tak pernah berdusta sejak pertama kau hadir dalam hidupku bagai musim semi dalam dada yang lama beku. Selamat ulang tahun, kekasihku, dengan setiap hela napas yang kusematkan dalam doa, aku merayakanmu— bukan hanya karena usiamu bertambah, tapi karena dunia kembali disirami cahaya lembut matamu. Kau adalah alasan kenapa aku menunggu bulan Mei bukan karena bunga mekar, tapi karena kau— bunga itu sendiri, yang mekar dalam setiap kalimat rindu yang t...

Puisi Romantis:"Anggur Merah di Balik Hijab"

Gambar
Puisi Romantis:"Anggur Merah di Balik Hijab"  ilusi foto  https://id.pinterest.com/pin/137008013656804641/ Di sudut senja yang perlahan runtuh, kulihat engkau—gadis berselendang putih abu-abu, langkahmu lirih, bagai bisikan angin yang mengendap dalam harum musim gugur. Di tangan mungilmu, segelas anggur merah berayun, seperti rahasia yang ingin kau bisikkan pada malam, seperti cerita lama yang tak pernah selesai tentang rindu yang mengalir pelan di antara sela-sela doa. Hijabmu melambai di pipi senja, putihnya seperti sumpah suci namun matamu—ya, matamu— sembunyikan badai yang tak bisa diredam oleh syahadat ataupun salat maghrib. Kau teguk pelan anggur berdosa itu, dan pada tiap tetesnya, kau simpan satu patah harap, satu serpihan janji yang dulu pernah kau ucapkan di bawah langit yang kini terasa jauh dan dingin. Betapa manis dan getirnya kau malam ini, seperti luka yang dibungkus senyum sabar, seperti doa yang dikirimkan sambil menggenggam dunia yang perlahan-lahan membuatm...

CERITA PENDEK :"TERSISA DALAM BAYANG BAYANG"

Gambar
Ilusi Foto (https://pixabay.com/id/photos/pasangan) Aku berdiri di depan jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Hari ini adalah hari yang seharusnya menjadi milikku, tetapi kini hanya menjadi hari yang penuh luka. Hujan turun deras, seolah langit turut merasakan apa yang kurasakan—kepedihan yang menyesakkan dada. "Apa yang kamu lakukan di sini, Rin?" Suara lembut Rina mengagetkanku dari belakang. Dia adalah sahabatku, yang sudah berada di sisiku sejak aku kecil. Dialah yang selalu ada untukku, di saat aku merasa dunia runtuh. Aku tak berbalik. Aku tetap berdiri memandang hujan, membiarkan rasa sakit itu meresap ke dalam setiap pori-pori tubuhku. "Aku sedang berpikir, Rina. Tentang semua yang terjadi hari ini," jawabku lirih, suara yang bahkan aku sendiri hampir tak bisa mendengarnya. Rina melangkah mendekat, tangannya meraih pundakku, memberiku kekuatan yang aku butuhkan. "Kamu harus berhenti memikirkan dia, Rin. Ini bukan salahmu." Aku ta...