Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi

Gambar
Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi_ ilustrsi foto by  Triptrus.com Catatan Kritis Tentang Keindahan yang Terluka Gunung Rinjani bukan sekadar gunung bagi masyarakat Lombok—ia adalah napas, marwah, dan cermin kehidupan. Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, Rinjani berdiri gagah sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia. Ia bukan hanya tujuan pendakian, tetapi juga destinasi rohani, tempat suci bagi umat Hindu, dan bentang alami yang membawa siapapun yang melihatnya pada perenungan yang dalam. Namun, di balik keelokan panorama sabana, danau Segara Anak yang biru kehijauan, serta cahaya mentari yang menyentuh lembut punggung gunung, ada luka-luka yang tak terlihat. Luka karena keserakahan manusia, luka karena keindahan yang terlalu sering dimanfaatkan tanpa tanggung jawab. "Kau bukan sekadar tanah tinggi, Rinjani. Kau adalah puisi yang mengalir di dahi pagi. Namun kini, langitmu mengabur oleh jejak-jejak tamak, dan bisik anginmu tercekik aroma pla...

Puisi Romantis:Kau Dilahirkan untuk Kucintai

Puisi Romantis:Kau Dilahirkan untuk Kucintai photo by https://www.google.com/search?q=wanita+berhijab+cantik+hitam


Pada bulan Mei,
ketika hujan menggoda daun muda dan matahari mencumbu pagi,
kau lahir—diam-diam alam bersorak,
seolah semesta tahu,
ada jiwa lembut yang akan tumbuh jadi puisi.

Aku tak tahu persis bagaimana dunia sebelum kau hadir,
tapi sejak mengenalmu,
waktu serasa bersyair,
dan hariku menari dalam wangi namamu.

Hari ini ulang tahunmu,
dan aku ingin mengucapkannya bukan sekadar lewat kata—
tapi lewat getar jantung yang tak pernah berdusta
sejak pertama kau hadir dalam hidupku
bagai musim semi dalam dada yang lama beku.

Selamat ulang tahun, kekasihku,
dengan setiap hela napas yang kusematkan dalam doa,
aku merayakanmu—
bukan hanya karena usiamu bertambah,
tapi karena dunia kembali disirami cahaya lembut matamu.

Kau adalah alasan kenapa aku menunggu bulan Mei
bukan karena bunga mekar,
tapi karena kau—
bunga itu sendiri,
yang mekar dalam setiap kalimat rindu yang tak sempat kukatakan.

Hari ini,
aku ingin mengganti kue ulang tahunmu dengan kecupan di kening,
menggantikan lilin dengan hangat genggaman tangan kita
yang tak pernah lelah menyalakan harapan.

Kau adalah hari istimewa yang berjalan di antara hari-hari biasa.
Dan untukmu, aku bersedia menjadi hujan
yang turun pelan-pelan ke dadamu,
membisikkan bahwa kau layak dicintai
dengan cara paling manusiawi,
paling tulus,
paling tak bisa dijelaskan dengan logika.

Ulang tahunmu adalah puisi yang ditulis langit,
dengan tinta rindu dan pena waktu.
Dan aku,
adalah pembaca setiamu,
yang akan selalu mengeja namamu dengan mata berbinar,
dan mencintaimu dalam diam yang penuh gema.

Selamat ulang tahun, cintaku di bulan Mei—
Semoga setiap detik dalam hidupmu
dipeluk bahagia
seperti aku memelukmu dalam kata-kata ini.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pendek:Lonceng Akhir

Puisi:Kenangan di Tepi Meja

Cerita Pendek:Segitiga Mematikan