Cerita Pendek:“Cinta di Punggung Penanggungan” ilustrasi foto by https://travelspromo.com/htm-wisata/gunung-penanggungan-mojokerto/ Angin pagi berhembus lembut ketikaA langkahku menginjak tanah Gunung Penanggungan. Kabut tipis melayang di antara pepohonan, dan suara burung liar terasa seperti musik pengiring perjalanan kita. Aku menoleh ke arahmu—kau yang ber?Adiri dengan ransel di punggung, napas teratur, dan senyum kecil yang selalu menenangkan. “Siap?” tanyaku pelan. Kau mengangguk, menatap jalur pendakian yang menanjak. “Selama ada kamu, aku siap menghadapi apa pun.” Kalimat itu mungkin sederhana, tapi bagiku seperti doa yang meneduhkan. Kami mulai mendaki. Setiap langkah membawa kenangan, setiap hembusan napas terasa seperti mendekatkan kami, bukan hanya ke puncak, tapi juga ke hati masing-masing. “Aku selalu suka aroma tanah basah seperti ini,” katamu. “Kenapa?” “Karena… mengingatkanku bahwa setiap perjalanan dimulai dari pijakan. Dan aku ingin perjalanan cintaku ju...
Puisi Romantis:"Anggur Merah di Balik Hijab"
ilusi foto https://id.pinterest.com/pin/137008013656804641/
Di sudut senja yang perlahan runtuh,
kulihat engkau—gadis berselendang putih abu-abu,
langkahmu lirih, bagai bisikan angin
yang mengendap dalam harum musim gugur.
Di tangan mungilmu, segelas anggur merah berayun,
seperti rahasia yang ingin kau bisikkan pada malam,
seperti cerita lama yang tak pernah selesai
tentang rindu yang mengalir pelan di antara sela-sela doa.
Hijabmu melambai di pipi senja,
putihnya seperti sumpah suci
namun matamu—ya, matamu—
sembunyikan badai yang tak bisa diredam
oleh syahadat ataupun salat maghrib.
Kau teguk pelan anggur berdosa itu,
dan pada tiap tetesnya, kau simpan satu patah harap,
satu serpihan janji yang dulu pernah kau ucapkan
di bawah langit yang kini terasa jauh dan dingin.
Betapa manis dan getirnya kau malam ini,
seperti luka yang dibungkus senyum sabar,
seperti doa yang dikirimkan sambil menggenggam dunia
yang perlahan-lahan membuatmu lupa jalan pulang.
Aku ingin mengabadikanmu malam ini,
bukan dalam catatan surga,
bukan dalam gelas yang retak oleh dosa,
melainkan dalam hatiku—
yang lebih merah daripada anggur itu,
dan lebih suci daripada putih hijabmu yang kini kuyup oleh kenangan.
Wahai gadis berhijab abu-abu,
teruslah berdansa dalam malam yang mabuk ini,
hingga kita lupa siapa yang seharusnya lebih dulu pulang,
kau atau aku,
atau hati kita yang sedari tadi sudah tersesat
di antara anggur merah
dan takdir yang tumpah di tangan Tuhan.
Komentar
Posting Komentar