Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi

Gambar
Rinjani, Ketika Langit Jatuh di Pelukan Bumi_ ilustrsi foto by  Triptrus.com Catatan Kritis Tentang Keindahan yang Terluka Gunung Rinjani bukan sekadar gunung bagi masyarakat Lombok—ia adalah napas, marwah, dan cermin kehidupan. Dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut, Rinjani berdiri gagah sebagai gunung tertinggi kedua di Indonesia. Ia bukan hanya tujuan pendakian, tetapi juga destinasi rohani, tempat suci bagi umat Hindu, dan bentang alami yang membawa siapapun yang melihatnya pada perenungan yang dalam. Namun, di balik keelokan panorama sabana, danau Segara Anak yang biru kehijauan, serta cahaya mentari yang menyentuh lembut punggung gunung, ada luka-luka yang tak terlihat. Luka karena keserakahan manusia, luka karena keindahan yang terlalu sering dimanfaatkan tanpa tanggung jawab. "Kau bukan sekadar tanah tinggi, Rinjani. Kau adalah puisi yang mengalir di dahi pagi. Namun kini, langitmu mengabur oleh jejak-jejak tamak, dan bisik anginmu tercekik aroma pla...

PUISI ROMANTIS "TENTANGMU"


https://pixabay.com/id/photos/
ilusi photo (https://pixabay.com/id/photos/)


Pernahkah kau ada
di mana hidupmu begitu teratur,
melakukan segala rutinitas
dengan seragam berharap semua
berjalan degan semestinya,
namun seseorang datang.memporak porandakan hidupmu
dengan teka teki yang masih misteri.

Semestaku sebelum kau datang
adalah repitisi yang membosankan.
aku tak tau bagaimana menghargai mentari
yang membuka plopak pelopak pagi
aku tak tau cara mensiasati rintik hujan
yang menghantarkan kerinduan
aku tak faham mana kalimat indah di bait puisi,
aku lupa bahwa kita diciptakan lebih besar,
dari sekedar rutinitas
dan cinta sepatutnya menjadika kita tetap melangkah.
garis besarnya aku lupa cara menjadi manusia.
Dan kemudian kau datang

Kau menjadi seseorang yang aku agum agumkan.
dengan caramu termanis
kau menuntutku untuk menjalan rutinitas
dengan iklas,dan sabar mensyukuri
segala hal yang cepat atau lambat akan berakhir.
Maka,izinkan aku mensiasatimu,menulis
tentangmu,meski aku tak tau suratku
tersampaikan di sisi ranjangmu atau terdampar
di perjalanan menuju rumahmu.
izinkan aku menulis perjalanan kita.
agar kau dan aku tak lupa
di antara pertemuan dan perpisahan,
pagi pernah dipenuhi repitis,
senja pernah di penuhi bait puisi
dan malam pernah di penuhi senyuman.
dan tangan kita pernah saling menguatkan
di antara pertemuan dan perpisahan
kita pernah berjuang menyatukan perbedaan.
meski di akhiri saling mengiklaskan.
kau dan aku pernah menjadi kita.





Hidup yang tak di perjuangkan,maka
tak pernah di kisahkan”



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Pendek:Lonceng Akhir

Puisi:Kenangan di Tepi Meja

Cerita Pendek:Segitiga Mematikan